Amiiiinn Hadirn rahimakumullah. Diatas mimbar da'i ini saya akan mencoba membawakan sebuah tema yang berjudul "Berbakti Kepada Kedua Orang Tua". Hadirin rahimakumullah. Ingat dulu kita pernah memberatkan rahim seorang ibu sembilan bulanlamanya, beliau merasakan sakitnya bahkan bisa dikatakan antara hidup dan mati, merasakan capenya Oleh NURCHOLISH MADJIDIdul Fitri adalah hari raya kita semua, hari raya kemanusiaan universal, hari raya kesucian primordial manusia, hari raya fitrah, hari raya manusia sebagai makhluk yang hanif, makhluk yang merindukan kebenaran dan kebaikan, yang berbahagia karena kebenaran dan kebaikan. Hari raya puncak perolehan kerohanian kita setelah berpuasa selama sebulan, hari raya kembali ke fitrah, kesucian asal ciptaan Allah untuk manusia Id-u-l-Fithr-i. Kita kembali ke fitrah kesucian adalah atas bimbingan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, melalui latihan menahan diri yang kita jalankan dengan penuh ketulusan, yang telah kita genapkan bilangannya selama sebulan. Maka, di hari ini kita kumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai pernyataan rasa syukur kita kepada Allah atas segala petunjuk-Nya itu. Hari raya puncak perolehan kerohanian kita setelah berpuasa selama sebulan Disebabkan oleh hakikatnya yang terkait langsung dengan ajaran dasar agama, maka hari raya ini adalah peristiwa yang amat sentral dalam kehidupan kaum beriman. Maka, marilah kita renungkan sejenak makna dan hakikat hari raya ini. Secara budaya keagamaan di negeri kita tercinta ini, dengan kedatangan hari raya kesucian manusia ini kita ucapkan Min al-'Aidin wal Faizin, semoga kita semua tergolong mereka yang kembali ke fitrah, dan berhasil tidak sia-sia menjalankan ibadah puasa. Karena, memang kembali ke fitrah itulah hasil dan wujud utama dari semangat takwa yang menjadi tujuan ibadah puasa. Tujuan itu terdapat secara umum dan universal pada semua manusia. Karena, itu setiap umat mempunyai cara sendiri dalam menjalankan ibadah puasa, sebagaimana kita umat Muhammad juga punya cara sendiri menjalankannya. Semuanya itu dengan tujuan membentuk manusia yang bertakwa. QS 2 183. Lalu apa makna dan hakikat takwa itu? Yang utama dan pertama ialah beriman kepada Allah dalam kegaiban, dalam keadaan kita tidak melihat-Nya dengan mata kepala kita, namun kita menyadari kehadiran-Nya dalam hidup kita. Takwa ialah kesadaran bahwa Allah beserta kita dimanapun kita berada, dan Allah itu Maha Tahu atas segala sesuatu yang kita perbuat. QS 57 4. Lalu apa makna dan hakikat takwa itu? Yang utama dan pertama ialah beriman kepada Allah dalam kegaiban. Menanamkan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup itulah tujuan semua ibadah, dan hikmah seluruh ajaran Tuhan dalam semua kitab suci. Alquran menyebut dirinya sebagai kitab yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yang sifat pertamanya ialah beriman kepada kegaiban, atau beriman dalam kegaiban. Dalam Alquran juga disebutkan bahwa kitab-kitab suci sebelumnya, seperti yang diturunkan kepada Nabi Musa bersama Nabi Harun, adalah juga dengan tujuan menanamkan kesadaran orang-orang yang bertakwa, yang takut kepada Tuhan dalam kegaiban, dalam keadaan mereka tidak melihat-Nya namun sadar akan kehadiran-Nya, sama dengan tujuan Alquran. QS 21 48-50. Berdasarkan ajaran pokok itu, Alquran juga mengajarkan bahwa percobaan Allah berupa adanya godaan penyelewengan adalah untuk diketahui siapa yang takut kepada Allah dalam kegaiban, dan siapa yang tetap melanggar dalam kegaiban ini. QS 5 4. Beriman kepada Allah dalam kegaiban! Takut kepada Allah dalam keadaan kita tidak melihat-Nya, tapi kita menyadari akan kehadiran-Nya dalam semua kegiatan kita. Itulah takwa! Itulah tujuan kita berpuasa. Beriman kepada Allah dalam kegaiban! Takut kepada Allah dalam keadaan kita tidak melihat-Nya, tapi kita menyadari akan kehadiran-Nya dalam semua kegiatan kita. Maka, jika kita tidak dapat mencapai tujuan itu, dengan sendirinya puasa kita adalah sia-sia, adalah muspra tanpa guna. Kita berpuasa hanya mendapatkan derita lapar dan dahaga semata. Sebab, jika kita masih melanggar batas dalam kegaiban, maka sesungguhnya kita tidak beriman. Atau, paling tidak iman kita cacat, tidak sempurna. Nabi SAW mengajarkan bahwa orang tidak akan berbuat dosa selagi ia beriman. Atau, tidaklah orang beriman selagi ia menjalankan perbuatan dosa. Oleh karena itu, sepatutnya kita senantiasa merenungkan keadaan diri kita. Kita semua merasa diri kita sebagai kaum beriman. Tetapi, dalam kenyataannya acapkali kita tidak dapat menahan diri, kemudian tergoda melakukan dosa, padahal Allah senantiasa menyaksikan. Dalam pikiran kita selalu ada ancaman adanya momen, saat sekejap betapapun singkatnya, ketika kita lalai, bahkan ingkar, akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, bahwa Tuhan beserta kita dimanapun kita berada. Jadi, sesungguhnya kita kaum beriman ini senantiasa terancam kehilangan iman. Karena itu, Allah SWT tetap memperingatkan kita kaum beriman untuk beriman! Yaitu, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada ajaran Kitab Suci yang diturunkan kepada Rasul itu, serta kepada ajaran kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya. QS 4 136. Mengapa kita harus beriman kepada semua kitab suci dan semua nabi? Karena semua kitab suci dan semua nabi dan rasul mengajarkan ajaran yang sama. Semuanya mengajarkan beriman kepada Allah, menjalani hidup yang bersih, dan berbuat baik kepada sesama manusia. Mengapa kita harus beriman kepada semua kitab suci dan semua nabi? Karena semua kitab suci dan semua nabi dan rasul mengajarkan ajaran yang sama. Semua umat para nabi dan rasul adalah umat yang tunggal, dan semuanya harus bertakwa kepada Tuhan. "Wahai para rasul, makanlah kamu semua dan yang baik-baik, dan perbuatlah hal-hal yang baik. Sesungguhnya Aku Tuhan, mengetahui segala sesuatu yang kamu kerjakan. Dan sesungguhnya umat ini adalah umatmu sekalian, umat yang tunggal, dan Aku adalah Tuhanmu sekalian, maka bertakwalah kamu kepada-Ku." QS 23 51-52. Oleh karena itu, Rasul Allah Muhammad SAW menegaskan, "Kami golongan para nabi, agama kami adalah sama. Para nabi adalah bersaudara tunggal bapak lain ibu." Lebih jauh, Kitab Suci mengajarkan bahwa umat manusia adalah umat yang tunggal, yang kemudian saling berselisih yang dapat membawa kehancurannya. Namun, Allah tetap menunjukkan kasih-Nya kepada umat manusia sehingga tidak langsung menghukumnya atas dosa-dosa perselisihannya, untuk memberi kesempatan mereka bertobat. Lebih jauh, Kitab Suci mengajarkan bahwa umat manusia adalah umat yang tunggal. "Tidaklah manusia itu melainkan umat yang satu sama, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan-mu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu." QS 10 19. Karena itu, dalam suasana hidup penuh kedamaian tidaklah berarti bahwa perbedaan sesama manusia akan lenyap. Perbedaan yang tidak hakiki akan selamanya tetap ada di antara manusia. Tetapi, dengan anugerah rahmat dan kasih Tuhan kepada manusia, perbedaan itu tidak akan membawa pertikaian, dan memang demikian itulah Allah menciptakan manusia. Perbedaan antara sesama manusia memang dapat menjadi pangkal perselisihan dan persengketaan sesama kita, kecuali jika ada anugerah rahmat kasih sayang Allah kepada kita. Sebaliknya, jika tiada anugerah rahmat kasih sayang Allah itu kepada kita, kemudian kita terus-menerus bersilang sengketa dan bertikai, maka itulah jaminan kita bakal hidup sengsara. QS 11 118-119. Maka, dengan rahmat Allah, perbedaan bukanlah suatu cacat atau kekurangan. Perbedaan akan membawa berkah dan hikmah karena dapat menjadi pendorong perlombaan antara kita menuju berbagai kebaikan. Perbedaan sesama manusia adalah kehendak dan rahasia Ilahi, dan kelak dalam alam akhirat setelah kita mati, barulah kita akan mendapat keterangan apa hakikatnya! QS 5 48. Maka, dengan rahmat Allah, perbedaan bukanlah suatu cacat atau kekurangan. Bagi sejumlah kalangan di antara kita, perbedaan lahiri antara berbagai golongan disalahpahami sebagai perbedaan hakiki. Maka bagi mereka itu, seperti halnya bagi kaum musyrik, sulit sekali memenuhi ajakan untuk tidak berpecah belah, untuk bersatu dalam ajaran-ajaran dasar kesucian dari Tuhan Yang Maha Esa. QS 42 13. Maka, karena persamaan dasar syariat agama semua nabi itu, Allah mengajarkan kepada kita sekalian agar beriman kepada semua kitab suci dan semua nabi, tanpa membeda-bedakan salah seorang pun dari antara mereka. Ajaran semua nabi itu sama, karena semua berasal dari Allah SWT, dan semua kembali kepada-Nya. QS 2 285. Karena itu, para penganut kitab suci dilarang bertikai dan bersilang dengan sesamanya, kecuali terhadap mereka yang zalim. Sebab, semua kitab suci mengajarkan ajaran yang sama, dan berasal dari Tuhan yang sama, Tuhan Yang Esa. QS 29 46. Memang dalam kenyataannya, perbedaan lahiri, perbedaan yang tidak hakiki, tidak semuanya dapat dihindari. Demikian itu, antara lain, karena adanya perbedaan latar belakang lingkungan kehidupan, baik lingkungan alam maupun lingkungan kemasyarakatan. Karena itu, para penganut kitab suci dilarang bertikai dan bersilang dengan sesamanya, kecuali terhadap mereka yang zalim. Tetapi, melalui kegiatan berlomba-lomba menuju kepada berbagai kebaikan al-khayrat, perbedaan yang ada akan justru membawa kepada hikmah rahmat Allah, karena menyediakan proses pembiakan silang untuk kuatnya pandangan dan wawasan Nabi SAW bersabda, "Perbedaan umatku adalah rahmat." Maka, manusia pun berbeda-beda dan terbagi-bagi menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, semuanya tercipta atas kehendak Allah, agar kita saling kenal dan saling hargai, bukan untuk menjadi alasan membagi-bagi manusia secara diskriminatif, dengan pembagian tinggi rendah yang tidak berdasarkan hasil kerja atau jasa kepada sesama manusia. Dalam pandangan Ilahi, manusia seluruhnya adalah sama, kecuali berdasarkan tingkat takwanya. QS 49 13. Orang yang bertakwa, yang sadar akan kehadiran dan pengawasan Tuhan dalam semua kegiatan dan kerja. Yang mampu mengendalikan diri, bebas dari bisikan yang jahat setan yang terkutuk, yang mendorong manusia kepada perbuatan dosa akibat keserakahan kepada harta dan nafsu berkuasa selamanya. Orang yang bertakwa, yang tahu batas larangan Tuhan, dan yang selamat dari jatuh martabat, terhindar dari dosa yang membawa malapetaka kepada masyarakat dan umat. Orang yang bertakwa, yang sadar akan kehadiran dan pengawasan Tuhan dalam semua kegiatan dan kerja. Marilah kita semua kembali kepada kesucian asal kita, kesucian fitrah yang hanif, yang dengan tulus mencari dan mengikuti kebenaran dan kebaikan. Marilah kita tanamkan takwa dalam diri kita, menyadari kehadiran Tuhan dan pengawasan-Nya dalam segala kegiatan. Marilah kita lawan godaan setan yang mendorong nafsu serakah, dan marilah kita tegakkan keadilan, demi kebahagiaan kita seluruh warga masyarakat dan negara tanpa perbedaan. Marilah kita galang persaudaraan antarumat, antarsuku bangsa, dan antarsesama manusia seluruhnya. Marilah kita wujudkan masyarakat dan negara yang tertib, aman, dan damai, yang membuat bahagia seluruh warga negara. Marilah kita wujudkan itu semua dengan iman, amal kebajikan, bebas dari syirik pemujaan kepada harta dan kekuasaan. Disadur dari Harian Republika edisi 28 November 2003. Nurcholish Madjid 1938-2005 adalah mantan rektor Universitas Paramadina. Ia salah satu budayawan dan pemikir Muslim paling berpengaruh di Indonesia. Kondisiketiga, apabila tetap berpuasa akan menyusahkan dirinya bahkan bisa mengantarkan pada kematian. Untuk kondisi ini diharamkan untuk berpuasa. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala (yang artinya), "Dan janganlah kamu membunuh dirimu." (QS. An Nisa': 29) 2. Orang yang bersafar. Ketika sulit berpuasa Musafir yang melakukan Efesus 61. -Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi Efesus 61-3PendahuluanPembahasan mengenai Efesus 61-3 ini menggambarkan bahwa, orang-orang pada zaman tersebut juga hidup didalam aturan yang dibuat pemerintahan Romawi, mereka pada zaman itu merasa hidup mereka tidak bebas, sehingga Rasul paulus menuliskan surat ini kepada jemaat di Efesus supaya mereka hidup sesuai dengan jalan Kristus, mereka hidup benar dihadapan Tuhan, walalupun banyak tekanan yang mewajibkan mereka melakukan demikian, tetapi Paulus tetap menasehati mereka terus-menerus supaya mereka tetap hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, salah satunya tentang hubungan orangtua dengan Kata Taat dalam Efesus 61Kata taatilah orang tuamu didalam Tuhan Taatilah dalam beberapa bahasa ungkapan dapat diterjemahkan sebagai Turutilah Perintah, atau patuhilah kata-kata, atau seperti dalam bahasa Yunaninya, dengarkanlah. Dan ini merupakan istilah yang lebih kuat daripada tunduklah yang dikemukakan sebagai tugas seorang istri. Didalam Tuhan. “Lingkungan dimana hal ini harus terwujud, yaitu suatu ketaatan Kristiani yang digenapi dalam hubungan dengan Kristus”. Dalam beberapa bahasa , seluruh ungkapan ini dapat diungkapkan menjadi Taatilah orangtuamu karena kamu adalah milik Tuhan, atau Patuhilah perintah orangtuamu dalam peresekutuan yang akrab dengan Kristus. Kita juga dapat menarik kesimpulan lagi yaitu, sebagai pengikut Kristus, taatilah orangtua kalian, atau dalam BIMK, sebagai orang percaya dengarlah orangtua kalian.“Karna haruslah demikian” , ungkapan ini nampaknya digunakan untuk menegaskan perintah atau nasehat tadi, dapat disimpulan kata ini berarti, karena itulah yang memang harus kalian ini ditunjukan sebagai prinsip abadi AllahMatthew Hanry menuliskankan bahwa, taat itu merupakan tugas anak-anak kepada orangtua mereka. Merupakan rasa takut kepada Tuhan. Tugas besar anak-anak adalah untuk mematuhi orang tua mereka ayat 1, orang tua menjadi alat keberadaan mereka, Tuhan dan alam yang telah memberi mereka wewenang untuk memerintah, dengan tunduk kepada Allah; dan, jika anak-anak akan patuh kepada orang tua mereka yang saleh, mereka akan berada dalam cara yang adil untuk menjadi saleh sebagaimana adanya. Ketaatan yang dituntut Tuhan dari anak-anak mereka, atas nama mereka, mencakup penghormatan batin, serta ekspresi dan tindakan lahiriah. Kita tidak boleh tidak taat kepada Bapa surgawi kita dalam kepatuhan kepada orang tua duniawi; karena kewajiban kita kepada Allah adalah prioritas dan lebih tinggi dari semua orang menegaskan bahwa taat yang dalam teks Efesus 61-3 adalah taat yang di lakukan secara berkesinambungan artinya anak-anak yang masih kecil atau menginjak usia dewasa tetap wajib mentaati orangtua mereka selama orangtua hidup. Karena kedudukan orangtua patut diindahkan. Dan bagi Paulus perintah ini mengartikan ketaatan anak adalah kewajinan Kristiani, pada hukum dan Alkitab. Dengan perkataan lain, kewajiban itu wajar dan tertulis. Hati nurani dan dasar kewajaran itu diperkuat lagi dengan tradisi zaman baru dan Injil yang berkata, hai anak-anak taatilah orangtuamu “ di dalam Tuhan”, yaitu Tuhan Kata Hormat Dalam Efesus 62Dalam beberapa bahasa, Hormatilah Ayah dan ibumu bisa diungkapkan menjadi, kalian harus menganggap penting ayah dan ibu kalian masing-masing atau kalian harus menghargai dengan sungguh-sungguh ayah dan ibu hormat, honour ayat 2, berasal dari akar kata menghormati, atau mengakui kedudukan. Seperti yang di jelaskan Wiersbe Commentary bahwa kata hormat merupakan perintah bagi anak-anak untuk terus menghormati orang tua mereka, dan menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan karenanya dianggap berharga, dihargai, dihargai atau dihormati. Untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang adalah mengenali nilainya sebagai seseorang, Kata Hormatilah atau hormat di dalam Perjanjian Baru banyak digunakan misalnya di Matius 279b. Markus 279a. - hormat, Matius 154, 8; Markus 76; 1019; J 523; Efesus 62; 1 Timotius 53; 1 Petrus 217. Sangat menarik bahwa Paulus menegaskan hal ini langsung kepada anak-anak dalam keluarga juga hadir ketika ibadah berlangsung, dan mendengarkan Paulus saat ia menyampaikan perintah ini dan sifatnya berlangsung terus-menerus. Gaebelein menulis To honor ίμα is more than obey. It is to respect and esteem. Obedience on the part of children consist in listening to the advice given by parents hypakoute. Artinya menghormati sama kedudukannya dengan taat, tetapi hormat mengarah kepada soal tanggung jawab dan menghargai. Dan ketaatan merupakan bagian seorang anak mendengarkan masukan atau saran dari orang tua. Jadi menghormati orangtua merupakan suatu perintah dan kewajiban dari seorang anak terhadap orangtua secara terus menerus. Penghormatan sejajar dengan ketaatan, yaitu menghargai dan mengasihi mereka. Tindakan taat dilanjutkan dengan tindakan hormat kepada orangtua. Hal ini berlangsung terus menerus selama anak memiliki orangtua orangtua masih hidup dan tindakan ini juga bisa ditujukan kepada orang yang lebih tua seperti para pendidik mereka di gereja, di sekolah atau dalam masyarakat. Perintah utama untuk menghormati orang tua diberikan dengan disertai janji yaitu menjadi berhasil dan berumur panjang di Kata Janji dalam Efesus 6 3Kata janji dalam teks ini menurut Detzler Bible Knowledge Commnetary dijelaskan bahwa ini adalah perintah pertama dengan sebuah janji. Bagi Paulus, untuk konteks ini perintah itu harus menjadi perintah utama. Paulus mendasari hukum taurat bagian kedua khususnya hukum kelima menjadi perintah paling utama untuk anak-anak. Ini adalah "pertama" dalam arti "perintah utama," yaitu, yang paling penting bagi anak-anak dan itu juga memiliki janji. Di mana Paulus menggabungkan kewajiban anak untuk menaati orangtua dengan kewajiban terhadap Allah. Janji bagi mereka yang mematuhi orangtua mereka adalah bahwa mereka menikmati kehidupan yang sejahtera dan umur panjang di bumi. Ini menyatakan prinsip bahwa ketaatan memupuk disiplin diri, yang pada gilirannya membawa stabilitas dan umur panjang dalam kehidupan seseorang. Orang Israel yang terus-menerus tidak taat kepada orang tuanya tidak diistimewakan untuk menikmati kehidupan yang panjang dan stabil di tanah Israel. Contoh yang jelas dari hal ini adalah anak-anak Eli, Hofni dan Phinehas 1 Samuel 411]. Janji itu diberikan kepada Israel di Perjanjian Lama, asas itu masih berlaku hari ini. Dan ini menegaskan adanya hubungan janji dengan perintah yang diberikan kepada anak, bahwa janji itu sekaligus sebagai pujian bagi anak-anak yang taat dan hormat kepada para orangtua mereka. Anak akan diakui kedudukan sebagai anak-anak yang taat dan hormat kepada orangtua, dan mereka akan mendapatkan “kebahagian selama hidup di bumi dan di surga.” Anak-anak akan menerima berkat rohani dalam Kristus, anak-anak akan menikmati kemantapan sosial dalam bermasyarakat yang sehat dan kuat. Anak yang mendapatkan pujian memupuk rasa percaya diri. Janji dalam perintah untuk menghasilkan karakter taat dan hormat bagi anak akan menuai hasil berupa pujian dari Allah, dan pujian dari para orang tua anak. Bagi anak-anak yang biasa dipuji, akan tumbuh rasa percaya diri yang besar. Tafsiran Efesus 61-3Efesus 61 “anak-anak” tidak pasti usia berapa yang dirujuk disini. Dalam kehidupan orang Yahudi seorang laki-laki menjadi seorang pria, bertanggung jawab kepada hukum dan boleh menikah, pada usia 13 tahun yaitu, bar mitzvah seorang gadis menjadi pada usia 12 yaitu bath mitzvah. Dalam budaya Romawi anak laki-laki menjadi seorang pria pada usia 14, dalam kebudayaan Yunani, pada usia 18. ”taatilah” ini merupakan istilah majemuk Yunani dari “mendengar” dan “di bawah” . parallel kolosenya menambahkan “dalam segala hal”. Ketaatan ini pasti untuk jangka waktu tertentu masa kanak-kanak. Bahkan perintah ini harus diimbangi dengan Matius1034-39. Otoritas tertinggi bukanlah orangtua, tetapi Ilahi. “dalam Tuhan” pencakupan ini memastikan bahwa konteksnya adalah rumah tangga Kristen. Konteks ini menyiratkan biak anak-anak Kristen dan orangtua Kristen. “Haruslah demikian” Alkitab dengan jelas menyatakan hubungan pemberian Allah antara orang tua dan anak-anak. Keluarga yang kuat membentuk masyarakat yang kuat. Efesus 62 “hormatilah” ini adalah sebuah present present active imperative. Ini adalah kutipan dari sepuluh perintah Allah. “hormatilah” adalah istilah komersial yang berarti “memberikan bobot yang pantas kepada” ini mencerminkan konsep PL bahwa apa yang adalah “berat/berbobot”adalah berharga. Orangtua harus dihormati dan dihargai oleh anak-anak Kristen. Tidak ada orangtua yang sempurna sebagaimana juga tidak ada anak yang sempurna. “Ayahmu dan ibumu” ini menunjukkan bahwa kedua tua layak untuk dihormati dan dihargai. “ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini” kutipan dalam ayat Efesus 63 ini digunakan dalam ulangan dalam konteks yang berbeda. Ini bukan janji umur panjang untuk individu, tapi janji kebudayaan akan stabilitas sosial. Perhatikan bahwa Paulus, dengan mengutip sepuluh perintah Allah, menunjukkan bahwa hukum masih berlaku sejauh sebagai pedoman perwahyuan untuk orang Kristen tetapi tidak untuk keselamatan. Efesus 63 “di bumi Paulus mengadaptasi kutipan PL dari “di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu, kepadamu” dan mengubahnya menjadi sebuah prinsip umum. Para penulis PB sering mengambil janji PL untuk Israel dan diadaptasi menjadi kebenaran kepada OrangtuaHai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam tuhan, karena haruslah demikian Efesus 61. Dalam terjemahan Yunani kata taat hupakou yang berarti to listen. Kata ini menjelaskan taat berarti harus mendengar dengan sikap yang benar yakni menyimak dengan seksama dan kemudian dilakukan. Mendengar nasihat dari orangtua, bukan hanya sambil lalu, melainkan dihayati dan dilakukan. Menaati orangtua merupakan suatu kewajaran alamiah. Perintah bahwa anak-anak wajib menaati orangtuanya adalah pernyataan khusus dari Allah, menjadi “hukum wajar” yang ditulis Allah di hati nurani semua manusia. Hukum itu berlaku di setiap masyarakat, terlebih lagi di masyarakat Kristen. Seorang anak wajib menaati orangtuanya tak usah dipersoalkan, karena menaati orangtua adalah tuntunan akal sehat; kewajiban anak untuk menaati dan menghormati orangtua. Ketaatan ini memiliki standar yang tak ternilai oleh nalar manusia yang berdosa. Ketaatan kepada orangtua yang dimaksud merupakan manifestasi dari ketaatan kepada Tuhan. Maka, dikatakan bahwa taatilah orangtuamu di dalam Tuhan. Alasan ini juga merupakan suatu penerapan tema dari seluruh bagian, yaitu “rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan kristus” Efesus 521. Inilah keharmonisan dalam keluarga yakni anak-anak taat kepada orangtua dalam Orang-tuaMeskipun zaman berisikan kemajuan dan kebebasan yang luar biasa, tetapi anak-anak supaya tetap mentaati orangtuanya di dalam Tuhan. Dalam terjemahan Yunani, hormat berarti timao yang berarti honour, value. Kata ini menjelaskan mengenai bagaimana sikap menghargai dan menghormati yang tidak hanya dimulut tetapi Nampak juga dalam perbuatan. Rasa hormat yang dilakukan kepada orangtua adalah suatu perintahdan itu merupakan salah satu butir hukum taurat yang dikutif Rasul Paulus. Menghormati orangtua berarti menghargainya waktu masih hidup. Menghargai orangtua pada waktu sehat dan sakit, bukan pada waktu mereka sudah mati. Sikap hormat anak kepada orang tua, tidak ditentukan oleh sebuah persyaratan, apakah orangtuanya baik atau tidak, tetapi merupakan sebuah keharusan karena sudah diperintahkan Tuhan dalam hukum Taat dan Hormat Kepada OrangtuaAkibat dari taat dan hormat kepada orangtua ada janji tuhan tentang kebahagiaan dan umur panjang akan mengkuti sepanjang hidup. Jadi, kebahagiaan dan umur panjang adalah akibat dari taat, maka tidak dapat dijadikan sebagai tujuan. Maka yang terkandung dari kata kebahagiaan dan panjang umur adalah Berbahagia terjemahan Yunani dari kata berbahagia adalah eu, artinya prosper. Kata ini menjelaskan mengenai kehidupan yang selalu berhasil dan menjadi dan makmur. Panjang umur terjemahan Yunani dari kata panjang umur adalah makrochronios, artinya long lived. Kata ini menjelaskan mengenai durasi yang panjang seorang hidup dalam dunia ini. Itulah berkat dari Allah bila kita mengasihi orang tua dengan tulus. Berkat dari Allah ini dapat terealisasi jika taat dan hormat yang dilakukan dengan benar sebagai respon kepada firman Bagi Anak-Anak Kristen pada Masa KiniMenghormati orang tua adalah mengingat sumber kita. Akhirnya, bila kita menelusuri kembali sumber kita, kita akan sampai kepada Allah. Karena itu, menghormati orang tua hampir sebanding dengan menjunjung Allah. Bila kita menjunjung Allah, kita akan menghormati orang tua kita. Untuk itu melaui Efesus 61-3 ini kita sebagai sebagai seorang anak memiliki tanggungjawab yaitu seorang anak yang taat kepada orang tua kita seperti kepada Tuhan, tidak dengan manipulasi atau kepalsuan tetapi dengan motif yang murni untuk kemuliaan Tuhan. Melalui ini juga kita diminta untuk mewujudkan hubungan yang istimewa ini sebagai gaya hidup orang Kristen yang sejati, sebagimana yang dicantumkan dalam Alkitab yakni taat dan kasih . Melalaui nas inilah kita sebagai anak harus menghormati orang tua kita selama orang tua masih hidup baik dalam keadaan sakit atau sehat. Di zaman sekarang ini memang banyak anak-anak yang kurang menghargai orangtua dan tidak taat kepada orangtuanya dan melalui inilah kita diingatkan untuk menghormati orangtua kita di dalam Tuhan dan melalui tulisan Paulus, seorang anak yang taat dan menghormati orangtua akan mendapat janji dari Allah yaitu berbahagia dan panjang umur di Menghormati orang tua kita adalah mengingat sumber kita. Akhirnya, bila kita menelusuri kembali sumber kita, kita akan sampai kepada Allah. Karena itu, menghormati orang tua hampir sebanding dengan menjunjung Allah. Bila kita menjunjung Allah, kita akan menghormati orang tua kita. 2. Selama seorang anak memang masih usia anak-anak, selama itu pula ia wajib taat kepada orang tuanya. Paulus mengingatkan bahwa ketaatan terhadap orang tua tidak hanya bagian dari komitmen kristiani melainkan juga suatu hal umum yang benar untuk dilakukan. Ketaatan yang demikian menurut Paulus adalah suatu keharusan atau barangkali lebih baik, sesuatu yang benar dan adil bagi Allah. Jikawanita hamil takut terhadap janin yang berada dalam kandungannya dan wanita menyusui takut terhadap bayi yang dia sapih karena sebab keduanya berpuasa, maka boleh baginya untuk tidak berpuasa. "Engkau seperti orang tua yang tidak mampu berpuasa, maka berbukalah dan berilah makan kepada orang miskin setengah sho' gandum untuk setiap Pertanyaan Saya mempunyai anak berumur 9 tahun. Saya ingin petunjuk cara membiasakan anakku berpuasa di Bulan Ramadan, insyaallah. Karena dia tahun lalu berpuasa 15 hari saja di bulan Ramadan? Teks Jawaban Sangat menyenangkan kami melihat pertanyaan seperti ini, hal ini menunjukkan perhatian yang sangat besar kepada anak-anak dan pendidikan untuk taat kepada Allah Ta’ala. Hal ini termasuk nasehat orang yang menjadi tanggung jawab yang Allah berikan kepada kedua orang tua. Kedua, Anak berumur 9 tahun bukan termasuk mukallaf terkenan beban kewajiban menurut syara untuk berpuasa karena belum balig. Akan tetapi Allah Ta’ala membebani kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya dalam beribadah. Maka Allah Ta’ala memerintahkan mereka untuk mengajarkan shalat kepada mereka ketika berumur 7 tahun dan diperintahkan memukulnya ketika berumur 10 tahun. Sebagaimana para shahabat yang mulia radhiallahu anhum mengajarkan puasa kepada anak-anaknya sewaktu kecil untuk membiasakan dalam ketaatan yang agung ini. Semua itu menunjukkan perhatian yang besar terhadap keturunan agar tumbuh sebaik mungkin pada sifat dan prilakunya. Dalam masalah shalat, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ رواه أبو داود، رقم 495، وصححه الألباني في صحيح أبي داود "Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika meninggalkan shalat saat berumur sepuluh tahun. Dan pisahkan ranjang diantara mereka." HR. Abu Daud, 495 dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Abu Daud Dalam puasa, dari Rabi binti Mu’awwid radhiallahu anha, dia berkata أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ الَّتِى حَوْلَ الْمَدِينَةِ مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ ، وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ ، فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ، وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ ، فَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الإِفْطَارِ رواه البخاري، رقم 1960 ومسلم، رقم 1136 Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam mengirim utusannya pada siang hari asyuro 10 Muharam ke desa-desa kaum Anshar di sekitar Madinah untuk mengumumkan, Barangsiapa telah berpuasa sejak pagi hari, hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Barangsiapa yang pagi harinya berbuka, maka hendaknya puasa pada sisa harinya.’ Maka setelah itu kita berpuasa, dan kami membiasakan anak-anak kecil kami untuk berpuasa insyaallah. Kami pergi ke masjid, lalu kami buatkan untuk mereka anak-anak mainan dari kapas yang berwarna. Kalau salah satu diantara mereka menangis karena kelaparan. Kami berikan kepadanya mainan tersebut sampai berbuka puasa." HR. Bukhori, 1960 dan Muslim, 1136. Umar radhiallahu’anhu berkata kepada orang yang mabuk-mabukan di bulan Ramadan, "Celakalah anda!! padahal anak-anak kami berpuasa!? Kemudian dia memukulnya sebagai hukuman." HR. Bukhari –menggantung mu’allaq- bab Puasa Anak-anak. Silakan lihat perincian hal itu di soal jawab no. 65558. Di dalamnya terdapat pelajaran penting.. Ketiga, Terkait dengan metode pembiasaan anak-anak untuk berpuasa, coba perhatikan hal-hal berikut ini diantaranya, keutamaan puasa kepada mereka, bahwa hal itu termasuk sebab masuk ke dalam surga. Di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan dimana hanya orang-orang puasa yang masuk ke dalamnya. sebelumnya untuk berpuasa seperti puasa beberapa hati di bulan Sya’ban agar tidak kaget dengan puasa di bulan Ramadan pada sebagian siang, dan menambahi waktunya sedikit demi sedikit sahur sampai di akhir malam, hal itu membantu puasa mereka di siang hari mereka berpuasa dengan memberi hadiah yang diberikan setiap hari atau setiap minggu mereka di depan keluarga sewaktu berbuka, ketika sahur. Hal itu dapat menaikkan semangat spiritualnya. semangat berlomba-lomba apabila dia mempunyai banyak anak tanpa harus mencela yang tertinggal. rasa lapar dengan tidur atau dengan mainan mubah yang tidak memerlukan tenaga. Sebagaimana para shahabat yang mulia melakukan terhadap anak-anaknya. Disana ada program anak-anak yang tepat. Film kartun di chanel islam yang terpercaya dapat menyibukkan mereka. agar sang ayah mengajak anaknya –khusus setelah Ashar- ke masjid untuk ikut shalat, menghadiri pengajian, tetap di masjid untuk membaca Al-Qur’an dan zikir kepada Allah Ta’ala. berkunjung di siang hari dan malam hari ke keluarga yang anak-anaknya berpuasa untuk memberi semangat kepada mereka terus melakukan puasa imbalan kepada mereka dengan tamasya yang mubah setelah berbuka puasa atau memasakkan makanan kesukaannya dan kue-kue, buah-buahan dan jus. Perlu diperhatikan kalau sekiranya anak-anak merasakan keletihan yang sangat, jangan dipaksa untuk menyempurnakan puasanya. Hal itu agar tidak menjadikan sebab dirinya benci beribadah atau menjadi sebab berbohong atau timbulnya penyakit. Karena pada dasarnya, dia belum termasuk mukallaf terkena beban kewajiban. Hendaknya masalah ini diperhatikan, jangan terlalu keras dalam memerintahkannya berpuasa. Wallahu a’lam . Kitaberpuasa karena takut kepada orang tua 3. Saya berpuasa supaya diberi jajan oleh orang tua. 4. Selain perintah Allah Swt., saya berpuasa supaya sehat. 5. Orang berpuasa hanya mendapatkan lapar saja. Setuiu TT= Tidak Tahu 1 Lihat jawaban maksude OPO toh pake. gambar kan lebih paham yekan Puasa Ramadhan merupakan salah satu kewajiban bagi umat beragama Islam. Berpuasa di bulan Ramadhan berarti menahan diri dari makan, minum, dan perbuatan yang tidak baik atau nafsu. Seringkali pada saat berpuasa, emosi adalah salah satu hal yang cukup sulit ditangani selama menjalani puasa. Perasaan emosi ini bisa dialami oleh siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini sudah wajar ditemukan pada anak-anak, terutama ketika mereka berpuasa. Seiring bertambah usia, gejolak emosi timbul semakin sering, karena berbagai permasalahan kian muncul. Ada banyak faktor penyebab mengapa emosi anak-anak sangat cepat mengalami perubahan. Contohnya karena faktor lingkungan atau karena faktor dalam diri anak itu sendiri. Sebagai orang tua, kita harus bisa mengajarkan anak-anak bagaimana menahan emosi ketika sedang berpuasa. 1. Ajarkan Ikhlas dan Saling Memaafkan Untuk Masalah yang Kecil Dari kecil, anak sudah mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Mereka mengamati tingkah laku kedua orang tua dan mengimplementasikan ke kehidupan sehari-hari dalam proses meniru. Pada saat ini, adalah waktu yang tepat untuk mengajarkan mereka hal-hal yang baik, terutama saat berpuasa. Contohnya jangan mempermasalahkan masalah kecil menjadi hal yang lebih besar. Sebagai orang tua, kamu harus bisa menjelaskan kepada anak-anak bahwa tidak semua masalah harus dibesarkan. Ajari mereka menahan diri dan emosi saat berpuasa dengan tidak perlu mempermasalahkan hal kecil yang dialami. Jangan lupa juga untuk mengajarkan mereka memaafkan dan ikhlas, karena jika tidak diajarkan akan menjadi dendam pribadi. 2. Lakukan Hal yang Tepat Ketika Anak Sudah Terpancing Emosi Apabila anak sudah tersulut emosi, segera lakukan penanganan yang tepat untuk meredakan emosinya. Gunakan teknik mengatur napas yang lebih efektif untuk membantu menenangkan emosi. Secara perlahan, atur napas anak dengan menyuruhnya menarik napas dalam dan tahan selama sepuluh detik. Kemudian buang dengan perlahan, lakukan berulang kali. Jika emosinya cukup sulit ditangani, coba tambah durasi menahan napas selama beberapa detik. Lalu praktekkan selama berulang kali hingga emosinya meredam dengan sendirinya. Teknik ini terbukti cukup efektif untuk menenangkan emosi anak ketika sedang menjalani puasa. Baca Juga Jangan Sepelekan! Mom, Kenali Stunting dan Cara Mencegahnya 3. Jangan Melakukan Sesuatu yang Menyulut Emosi Anak Lagi Setelah anak tenang dan emosinya meredam, tips selanjutnya adalah jangan melakukan hal-hal yang membuat emosinya muncul lagi. Jangan membahas atau menanyai sesuatu yang sebelumnya membuat anak tersulut emosinya. Hindari perbuatan yang menyudutkan anak atas kesalahan mereka, apalagi berkomentar yang tidak menyenangkan hati. Biarkan anak tenang dan kembali ke aktivitas biasanya agar mereka melupakan masalah yang membuatnya emosi. Hal tersebut bisa berdampak baik bagi anak karena mereka akan terhindar dari berbagai pikiran negatif hingga trauma. Selain itu, jadilah tempat paling nyaman bagi anak mencurahkan isi hatinya, hal ini akan membuat anak lebih terbuka. 4. Alihkan Perhatian Agar Anak Lupa dengan Masalahnya Cara sebelumnya memang cukup efektif untuk meredam emosi pada anak, tapi hanya untuk sementara saja. Untuk itu, lakukanlah sesuatu yang bisa membuat anak melupakan masalah yang menyulut emosinya. Ajak mereka melakukan sesuatu yang membuat hatinya senang dan mau beraktivitas seperti semula. Beberapa kegiatan bisa kamu lakukan seperti mengajak mereka bermain bersama, menonton film kesukaannya, membacakan cerita favoritnya. Saat sedang berpuasa, cobalah ajak mereka menyiapkan menu buka puasa bersama. Dengan melakukan hal-hal kecil seperti di atas, perlahan anak akan memudarkan masalah di pikirannya dan fokus kembali ke aktivitas semula. Baca Juga Tanda Fobia Sosial pada Anak dan Cara Mengatasinya 5. Mengedukasi Anak Tentang Pentingnya Menahan Emosi Saat Bulan Ramadhan Tips yang paling pokok adalah memberikan mereka edukasi tentang pentingnya menahan emosi saat berpuasa di bulan Ramadhan. Ingatkan mereka bahwa emosi dapat muncul sebagai godaan hawa nafsu, puasa tidak menjadi berkah apabila tidak dapat menahannya. Cara ini memang sulit diajarkan, maka dari itu gunakan imbalan sebagai hadiah atas pencapaian mereka dalam menahan emosi. Edukasi anak tentang momen sakral selama bulan Ramadhan yang hanya terjadi satu kali dalam setahun. Yakinkan mereka bahwa menahan emosi adalah salah satu bentuk kewajiban selama berpuasa. Dengan begitu, perlahan mereka akan paham dan mencoba menahan emosinya secara mandiri. Peran Para Orang Tua sangat Penting Menjadi orang tua yang memiliki peran besar terhadap anak memang cukup sulit untuk dilakukan. Mengajari anak tentang menahan emosi, mau saling memaafkan, ikhlas, dan sabar sejak dini memang harus dilakukan. Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan atas segala pencapaian mereka saat berhasil menahan emosi. Menjadi orang tua akan ditiru oleh anak atas apa saja yang kita ajarkan pada mereka. Baca Juga Seberapa Pentingkah EQ Emotional Quotient untuk Anak? Puasa Ibadah BulanRamadhan Anak Keluarga Apakah Anda mencari informasi lain?
Artinya "Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta berbelaskasihlah kepada mereka berdua seperti mereka berbelas kasih kepada diriku di waktu aku kecil." Bacaan Doa Untuk Orangtua yang Sudah Meninggal. Jika kedua orangtua sudah meninggal, sebagai bentuk baktimu, kamu wajib mengirimkan doa untuk kedua orang tua.
Alasan kita berpuasa alasannya takut pada orang renta2 kita berpuasa alasannya takut pada orang tua ​TIDAK SETUJUPUASA ADALAH KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM, KITA BERPUASA KARENA ITU ADALAH PERINTAH TUHAN ALLAH. JIKA BERPUASA HANYA KARENA HADIAH ATAU DISURUH ORANG TUA. PUASA TIDAK BERKAH ATAU TIDAK BERPAHALA. SIA SIA KANApa hukumnya orang yg berpuasa alasannya adalah takut sama orang tuanya Kita berpuasa sebab takut pada orang bau tanah berikan argumentasikita puasa alasannya adalah takut pada orang renta ? alasan Alasan kita berpuasa alasannya takut pada orang renta Kita Berpuasa Karena Takut Pada Allah Agar Mendapatkan nrimo,bukan alasannya takut pada orang bau tanah 2 kita berpuasa alasannyatakut pada orang tua​ Jawaban TIDAK SETUJU Penjelasan PUASA ADALAH KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM, KITA BERPUASA KARENA ITU ADALAH PERINTAH TUHAN ALLAH. JIKA BERPUASA HANYA KARENA HADIAH ATAU DISURUH ORANG TUA. PUASA TIDAK BERKAH ATAU TIDAK BERPAHALA. SIA SIA KAN Apa hukumnya orang yg berpuasa alasannya adalah takut sama orang tuanya Dia tak mendapatkan apa-apa kecuali lapar & haus. Kita berpuasa sebab takut pada orang bau tanah berikan argumentasi Jawaban sebab bila orang yg bertakwa, puasa itu hanya takut pada Allah.. …… kita puasa alasannya adalah takut pada orang renta ? alasan alasannya ialah jika kita tak puasa kita akan dimarahin orang bau tanah Karenasasaran dasar dari pendidikan anak-anak kita ialah agar mereka hidup sesuai dengan prinsip-prinsip hikmat Allah , mengajar mereka untuk takut kepada Tuhan merupakan langkah pertama yang penting sekali (lih. art.ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK). 3) Takut akan Tuhan mempunyai efek yang menyucikan pada umat Allah. Pertanyaan Ibuku sudah tua umurnya, tahun lalu sakitnya semakin bertambah, dan tidak mampu berpuasa kecuali sepuluh hari. Perlu diketahui bahwa beliau tidak mampu manahan puasa, pertanyaanku adalah bagaimana cara saya mengqodo’ hari-hari yang telah beliau berbuka? Teks Jawaban beliau tidam mampu berpuasa disebabkan sakit, dan ada harapan untuk sembuh serta mampu untuk berpuasa setelah itu, maka yang wajib adalah mengqodo’ hari-hari yang dia berbuka di bulan Ramadan berdasarkan Firman Allah Ta’ala, Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. SQ. AL-Baqarah 185.’ Kalau sekiranya dia tidak mampu berpuasa dan tidak ada harapan ke depannya berpuasa disebabkan sakit atau tua, maka tidak diwajibkan berpuasa. Dan diharuskan memberi makan untuk sehari satu orang miskin. Dalil akan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, 2318 dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma terkait dengan Firman Allah Ta’ala وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.’ SQ. Al-Baqarah 184. Berkata, Ini adalah orang tua renta laki-laki dan perempuasa yang keduanya tidak mampu berpuasa, sehingga memberi makanan sebagai penggantinya untuk sehari kepada satu orang miskin.’ An-Nawawi rahimahullah berkata, Sanadnya hasan. Selesai. An-Nawawi rahimahullah berkata di kitab Al-Majmu’, 6/262’Syafi’i dan teman-temannya berkata, Adalah orang tua yang mana puasa memayahkannya yakni mendapatkan kepayahan yang sangat. Orang sakit yang tidak ada harapan sembuh, keduanya tidak ada kewajiban berpuasa tanpa ada perbedaan. Dinukilkan dari Ibnu Munzir adanya ijma’ akan hal itu. dan keduanya diharuskan membayar fidyah menurut pendapat terkuat dari dua pendapat yang ada. Selesai. Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya dalam Majmu’ Fatawa, 15/203 Tentang wanita yang sudah tua dan tidak mampu berpuasa, apa yang selayaknya dia lakukan? Beliau menjawab, Dia harus memberi makan kepada satu orang miskin untuk sehari sebanyak setengah sho’ dari makanan penduduk setempat baik kurma, beras maupun lainnya. Kadar dalam timbangannya sekitar 1,5 Kg. Sebagaimana telah difatwakan hal itu oleh sekelompok para shahabat Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, diantaranya Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma. Kalau sekiranya dia fakir, tidak mampu memberi makanan, maka tidak ada apa-apa baginya. Kaffarah tebusan ini diperbolehkan diberikan kepada satu orang atau banyak orang, baik diawal, pertengahan maupun akhir bulan. Wabillahi taufiq. Selesai. Al-Lajnah Ad-Daimah, 10/161 ditanya tentang wanita tua yang tidak mampu berpuasa pada bulan Ramadan. Hal ini telah berlangsung selama tiga tahun dalam kondisi seperti ini, tua dan sakit. Maka apa yang wajib baginya? Dijawab, Kalau kondisinya seperti yang disebutkan, maka dia harus memberi makan untuk hari-hari yang dia berbuka pada bulan Ramadan selama tiga tahun lalu kepada orang miskin. Memberi makanan setengah sho’ dari jenis gandum, kurma, beras, jagung atau seperti makanan keluarga anda. Selesai.
Sangatdisayangkan bila puasa ramadhan yang dikerjakan tidak diterima Allah. Mengapa Allah tidak menerima puasa ramadhan seorang muslim, diantaranya kita berpuasa bukan karena Allah melainkan karena unsur riya. Apa pengertian riya dalam Islam, yaitu beribadah ingin dipuji dan dipuja orang. Pujian dari orang tentu kita dapatkan, tetapi kebaikan dari Allah belum tentu diperoleh. Dikisahkan tiga
Khutbah Pertama إنّ الحمد لله ؛ نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا , من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إلـٰه إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أنّ محمّدًا عبده ورسوله وصفيه وخليله وأمينه على وحيه ومُبلِّغ الناس شرعَه ؛ فصلوات الله وسلامه عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أمّا بعد معاشرَ المؤمنين عبَادَ الله Ayyuhal muslimun, Aisyah radhiallahu anhu pernah bertanya kepada Nabi ﷺ tentang ayat وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” QSAl-Mu’minuun Ayat 60. Ketika Rasulullah ﷺ membacakan ayat di atas, Aisyah radhiyallahu anhuma bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang yang minum khamr dan mencuri?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Tidak wahai putri ash-Shiddiq. Mereka itu adalah yang melakukan ibadah shaum, shalat, dan bersedekah, namun mereka takut jika amalan mereka tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Mereka itu adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam segala kebaikan dan mereka selalu menjadi yang terdepan.” Shahih Sunan at-Tirmidzi no 3175, Shahih Sunan Ibnu Majah no 4198. Dalam hadits yang mulia ini, Nabi ﷺ menjelaskan tentang sekelompok orang-orang yang beriman. Mereka mengerjakan banyak ketaatan. Mereka melaksanakan ibadah-ibadah yang dicintai Allah Ta’ala. Bersamaan dengan itu, bersamaan dengan keikhlasan mereka, mereka takut kalau Allah tidak menerima amalan-amalan ketaatan itu. Ayyuhal muslimin, Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala memuji orang-orang yang takut kepada-Nya dalam banyak ayat. Dia berfirman, إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.” QSAl-Anfaal Ayat 2. Ketika Allah memuji orang-orang yang takut kepada-Nya, artinya Dia mencela orang-orang yang melakukan hal sebaliknya. Orang-orang yang tidak takut kepada Allah ini merasa aman dari hukuman dan adzab Allah. Sehingga rasa aman itu membuat mereka enggan menunaikan ketaatan. Dan malah berbuat dosa dan kemungkaran. Mereka inilah yang Allah tantang dan ancam dalam firman-Nya, أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ. أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ. أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ. “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah yang tidak terduga-duga? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” QSAl-A’raf Ayat 97-99. Orang yang paling takut kepada Allah Ta’ala adalah mereka yang paling mengenal-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, yang paling takut kepada Allah Ta’ala adalah para malaikat, para nabi, dan para ulama. Nabi ﷺ bersabda tentang bagaimana takutnya para malaikat kepada Rabb mereka. Beliau ﷺ menceritakan, مررتُ ليلة أسري بي بالملأ الأعلى وجبريل كالحِلس البالي من خشية الله تعالى “Ketika malam isra’, aku melewati penghuni langit dan malaikat Jibril. Mereka seolah-olah seperti alas pelana yang tua-usang bersujud karena takut kepada Allah.” HR. Thabrani di Al-Ausath 5/64. Nabi ﷺ bersabda, إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ أَطَّتِ السَّمَاءُ، وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَمَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشِ، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَلَوَدِدْتُ أَنِّي شَجَرَةٌ تُعْضَدُ “Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat. Aku mendengar sesuatu yang tidak kalian dengar. Langit merintih… dan layak baginya untuk merintih. Tidak ada satu ruang selebar 4 jari, kecuali di sana ada malaikat yang sedang meletakkan dahinya, bersujud kepada Allah. Demi Allah, andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan sering menangis. Serta kalian juga akan sedikit bermesraan dengan istri-istri di atas ranjang. Sungguh, kalian pasti akan keluar ke jalan-jalan untuk meminta kepada Allah Azza wa Jalla dengan berteriak-teriak. Aku berharap kalaulah aku hanya sebuah pohon yang terpotong.” HR. Ahmad 21516, Turmudzi 2312. Allah Ta’ala memuji orang-orang yang takut kepada-Nya, padahal mereka tidak melihat-Nya إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ “Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” QSYaa Siin Ayat 11. Nabi ﷺ memberi kabar gembira kepada orang-orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan sepi maupun ramai. Beliau ﷺ bersabda, سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ…وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya… di antaranya …seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” HR. al-Bukhari, Muslim, dan selainnya. Dia menangis karena takut keapda Allah. Ada beberapa jenis ketakutan kepada Allah. Ada yang takut kepada Allah hingga ia khawatir termasuk orang yang munafik. Sebagaimana kata Ibnu Abu Mulaikah rahimahulla Ta’ala أَدْرَكْتُ ثَلاَثِيْنَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ . “Aku telah mendapati 30 orang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, semuanya khawatir pada dirinya tertimpa kemunafikan.” HR. Bukhari no. 36 Bagaimana tidak? Lihatlah apa yang terjadi pada Umar bin al-Khattab yang telah dijamin masuk surga. Ketika Umar bin al-Khattab mengetahui bahwa Rasulullah ﷺ menyampaikan secara rahasia nama orang-orang munafik kepada Hudzaifah ibnul Yamaan –suatu rahasia yang tidak diberitahukan kepada sahabat yang lain selain Hudzaifah– ia segera menemui Hudzaifah. Sambil berharap, ia berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, mohon engkau jawab, apakah aku termasuk orang munafik?” Karena kasihan melihat Umar ibnul Khaththab, Hudzaifah menjawab, “Tidak, tapi aku tidak bisa menjamin seorang pun selainmu.” Hal itu ia katakan agar ia tidak menyebarkan rahasia yang telah diamanahkan Rasulullah ﷺ kepadanya. Di antara contoh orang-orang yang takut kepada Allah juga adalah mereka yang takut ilmunya tidak melahirkan amal. Dalam pepatah dikatakn, اَلْعَالِمُ بِعِلْمِهِ لَمْ يَعْمَلَنْ، مُعَذَّبٌ مِنْ قَبْلِ عُبَّادِ الْوَثَنِ “Orang berilmu yang tak mengamalkan ilmunya, akan disiksa sebelum para penyembah berhala diazab.” Lihatlah sahabat Nabi ﷺ, Abu Darda radhiallahu anhu, ia berkata, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas diriku adalah ketika aku ditanya Kamu orang mengetahui atau yang tidak tahu?’ Orang yang tahu’, jawabku. Tidak ada satu pun ayat di dalam Kitabullah, yang memerintah atau melarang, kecuali ia akan datang kepadaku dan bertanya tentang penunaiannya. Ayat yang berisikan perintah akan berkata padaku, Bukankah engkau telah diperintahkan?’ sedangkan ayat yang melarang akan berkata, “Bukankah kau sudah dilarang?’ Kemudian Abu Dzar membaca doa اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْمَعُ Ya Allah Azza wa Jalla , aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang, serta dari doa yang tidak didengar.” Contoh lain yang merupakan profil seseorang yang takut kepada Allah adalah seseorang yang takut akan dosa-dosa yang ia lakukan. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu mengatakan, إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ قَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ “Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini-, maka lalat itu terbang.” HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullah. Orang-orang yang fajir tidak memandang dosanya itu banyak. Bahkan ia tidak memandang bahwasanya dosa yang ia lakukan adalah perbuatan dosa. Demikianlah keadaan seorang mukmin yang takut kepada Allah. Contoh lainnya adalah seseorang yang takut kalau dosanya akan menghalanginya dari husnul khotimah. Karena seorang mukmin selalu memikirkan bagaimana akhir hayatnya. Apakah akhir hayatnya itu baik? Apakah saat Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut ruhnya, ia berada dalam ketaatan? Apakah saat ruhnya keluar ia sedang berpuasa, atau sedang bersujud, atau sedang rukuk, atau sedang berhaji, umrah, atau sedang membaca Kitabullah Ta’ala? Ataukah ruhnya keluar saat ia sedang berbuat maksiat? Setan berhasil menggodanya di akhir hayatnya sehingga ia kelua menuju kekufuran atau kemasiatan. Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian. Oleh karena itu, Nabi ﷺ mengajarkan kita agar banyak-banyak membaca doa يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ “Wahat Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Wahat Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذِّكر الحكيم . أقول هـٰذا القول ، وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كلِّ ذنب فاستغفروه يغفر لكم إنّه هو الغفور الرّحيم . Khutbah Kedua الحمد لله عظيم الإحسان واسع الفضل والجود والامتنان ، وأشهد أن لا إلـٰه إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أمّا بعد عباد الله اتقوا الله تعالى ، Ayyuhal muslimun, Sesungguhnya seorang mukmin dalam kehidupan dunia ini harus hidup dengan perasaan harap dan takut. Tidak boleh rasa takutnya kepada Allah lebih dominan dibanding rasa harapnya sehingga ia berputus asa dari rahmat Allah. Demikian juga, tidak boleh rasa harapnya yang lebih dominan dari rasa takut sehingga ia seperti orang-orang murjiah. Yaitu mereka yang mengatakan, Dosa itu tidak mempengaruhi keimanan’. Seorang beriman yang sejati adalah mereka yang hidup di dunia ini dengan keadaan takut dan harapnya seimbang. Kecuali saat mereka mendekati kematian, maka rasa harapnya kepada Allah harus lebih dominan dari rasa takutnya. Nabi ﷺ bersabda, لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ “Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnu zhon pada Allah” HR. Muslim no. 2877. Demikianlah yang terjadi pada sahabat Muadz bin Jabal radhiallahu anhu. Saat menjelang kematiannya, ia mengatakan, اللَّهُمَّ إِنِّي قَدْ كُنْتُ أَخَافُكَ ، فَأَنَا الْيَوْمَ أَرْجُوكَ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي لَمْ أَكُنْ أُحِبُّ الدُّنْيَا وَطُولَ الْبَقَاءِ فِيهَا لِكَرْيِ الأَنْهَارِ وَلا لِغَرْسِ الشَّجَرِ ، وَلَكِنْ لِظَمَأِ الْهَوَاجِرِ وَمُكَابَدَةِ السَّاعَاتِ وَمُزَاحَمَةِ الْعُلَمَاءِ بِالرُّكَبِ عِنْدَ حِلَقِ الذِّكْرِ “Ya Rabbi, dulu aku takut kepada-Mu. Namun pada hari ini aku berharap kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku tidak mencintai dunia dan panjang usia di dalamnya untuk menikmati mengalirnya sungai-sungai, tidak pula karena ingin menanam pohon-pohon. Akan tetapi aku hanya ingin merasakan dahaga karena berpuasa di panas yang terik, mengisi saat demi saat dengan bergaul bersama orang-orang ulama, dan menghadiri halaqah-halaqah ilmu.” az-Zuhd oleh Imam Ahmad. Alasan Muadz tinggal di dunia bukan karena mencintai perhiasan dunnia. Tapi ia ingin berpuasa di dalamnya, bergaul dengan orang-orang shaleh, dan menghadiri majelis ilmu. Nabi ﷺ pernah mendatangi seorang pemuda yang dalam keadaan sakaratul maut. Kemudian Beliau bertanya, “Bagaimana engkau menjumpai dirimu?” Dia menjawab, “Wahai, Rasulullah! Demi Allah, aku hanya berharap kepada Allah, dan aku takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah bersabda لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ “Tidaklah berkumpul dua hal ini yaitu takut dan harap di dalam hati seseorang, dalam kondisi seperti ini, kecuali pasti Allah akan berikan dari harapannya dan Allah berikan rasa aman dari ketakutannya.” HR. at-Turmudzi. Ayyuhal muslimun, Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Takutlah kepadanya dengan takut yang hakiki. Karena rasa takut kepada Allah akan mendorong seseorang melakukan berbagai ketaatan. Menjauhkannya dari berbagai maksiat dan dosa. Khotib memohon kepada Allah, agar Dia memberikan kepada saya dan Anda sekalian rasa takut kepada-Nya baik dalam keadaan sepi maupun dilihat orang lain. عباد الله يقول الله جلّ وعلا ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب٥٦] ، ويقول عَلَيْه الصَّلاةُ وَالسَّلامُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا . اللهم صلِّ على محمد وعلى آل محمد كما صلّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميد مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد، كما باركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنّك حميد مجيد . وارض اللّٰهم عن الخلفاء الراشدين الأئمة المهديين ؛ أبي بكر الصديق ، وعمر الفاروق ، وعثمان ذي النُّورين ، وأبي الحسنين عليّ ، وارض اللّٰهم عن الصَّحابة أجمعين وعن التَّابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدِّين وعنّا معهم بمَنِّك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين. اللّٰهم أعزّ الإسلام والمسلمين ، وأذل الشرك والمشركين ، ودمِّر أعداء الدين ، واحم حوزة الدين يا رب العالمين. اللّٰهم آمنا في أوطاننا وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا , اللّٰهم من أرادنا أو أراد بلادنا أو أراد مقدّساتنا أو أراد ولاة أمرنا وعلماءنا بسوء فأشغله في نفسه ، ورُدَّ كيده في نحره يا ذا الجلال والإكرام . اللّٰهم وفِّق وليَّ أمرنا لهُداك ، واجعل عمله في رضاك ، وأعنه على طاعتك يا حي يا قيوم. اللّٰهم آت نفوسنا تقواها ، زكِّها أنت خير من زكاها ، أنت وليها ومولاها ، اللّٰهم زيِّنا بزينة الإيمان واجعلنا هداةً مهتدين. اللّٰهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا ، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشُنا ، وأصلح لنا آخرتنا التي فيها معادنا ، واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير ، والموت راحة لنا من كل شر. اللّٰهم أصلح ذات بيننا ، وألِّف بين قلوبنا ، واهدنا سُبل السلام ، وأخرجنا من الظلمات إلى النور ، وبارك لنا في أسماعنا وأبصارنا وأزواجنا وذرّيّاتنا وأموالنا وأوقاتنا واجعلنا مباركين أينما كنا. اللّٰهم اغفر لنا ولوالدينا ولمشايخنا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات ، ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار . عباد الله اذكروا الله يذكركم ، واشكروه على نعمه يزدكم ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  Oleh tim Artikel
Ox2rts5.
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/10
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/398
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/346
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/63
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/382
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/86
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/135
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/249
  • 8asrc9aaoj.pages.dev/206
  • kita berpuasa karena takut kepada orang tua